Senin, 19 November 2018

Malam

Malam itu sunyi
Mungkin ia takut
Takut menunjukkan diri
Takut dihakimi
Takut berekspresi

Malam itu gelap
Nyaman tanpa ekspos
Indah sebagaimana adanya
Meski tak banyak yang tau
Karna ia hanya milik sebagian orang

Malam itu nyaman
Memberi jeda sejenak
Waktu untuk berpikir
Ruang untuk terbuka
Melintasi keriuhan tak berusai
Menyelami batasan
Menyelesaikan kegundahan

Malam mungkin teman terbaik
Diam dan mendengarkan
Paham dan melegakan
Ada tanpa menyakiti
Dan selalu pergi untuk kembali

Rabu, 28 Oktober 2015

Hei kamu!

Mengapa hadir untuk pergi?
Mengapa datang untuk menghilang?
Memangnya menjadi persinggahan itu enak?
Sekejap lalu menghilang
Membekas dan selamanya
Namun tak satupun menetap nyata

Meski tiada kata terucap
Ku tau sungguh asa terusik
Ingin berkata, ingin mencari
Apalah daya
Terlalu lebar canggung ini
Sekedar menyapa
Sekedar merasa
Tak lagi sekedar aku menyebutnya

Hei kamu!
Bukan begitu cara untuk pergi
Memelankan derap perlahan
Lalu terdiam
Tak adakah sopan santunmu
Permisi saat datang
Pamitan kala pergi

Hei kamu!
Memangnya menjadi persinggahan itu enak?
Kau pikir saja sendiri




Sabtu, 16 Februari 2013

Di kejauhan

Tak terlepas pandang ini mengawasi
Sosok nyata yang tak tergapai
Menyapanya saja tak mampu
Karena di kejauhan ku berdiri

Meski tertutup mata ini
Bayang sempurnamu menghantui
Menguasai mimpi dan nyataku
Mengaburkan angan dan kehidupan

Menatap langit ku terngiang
Ukiran jelasmu hadir di sana
Siapa dirimu?
Tersimpan sosok mu di sini
Tanpa ku tahu
Bagaimana orang menyapamu

Seruan hati tertahan
Menyesali waktu yang terlewat
Karena di kejauhan ku berdiri
Tak mampu mengenal dan menyapamu

Rabu, 16 Januari 2013

Terluka

Bertumbuh tanpa tumpuan sangat menyakitkan. Semua berawal dari awal dan harus dirasakan pedihnya. Namun, kurasa semangat membara mendengar kata-katanya. Nyanyian indah membawaku melambungkan angan yang selama ini tak mampu ku kejar. Dia… mampu membuatku menyalin untaian masa depan. Dia… mampu meyakinkanku akan hari yang cerah. Dia… sangat berarti. Hanya itu yang paling pas untuknya. Sangat berarti.

Terluka adalah saat dimana dia yang “sangat berarti” kulihat begitu putus asa. Hei, bukankah kau yang mengajariku untuk tersenyum? Bukankah kau yang membuatku bangkit saat aku tak mampu lagi berjalan? Mengapa kau yang menyerah kali ini?

Terluka adalah saat kau dan dia yang “sangat berarti” berjuang bersama. Mempersiapkan hati dan mental untuk sebuah peperangan. Namun, pada akhirnya, kenyataan mengatakan bahwa hanya kamu yang bisa lolos. Dia tertinggal di belakangmu.

Terluka adalah saat kau mendapat berita bahagia namun dia yang “sangat berarti tidak bahagia dengan berita itu. Dia merintih dan merasa gagal saat kau bahagia.

Terluka adalah saat senyumnya memudar padahal kau sedang girang. Apalah arti bahagia jika dia dan mereka yang bersamamu tidak dapat ikut bahagia?

Melihatnya menyerah seakan membawaku ke masa kelam dahulu. Saat itu, dia yang memberi harapan. Tak putus-putusnya meyakinkanku akan kesempatan hidup yang besar. Tak mampu kulangkahkan suatu tindakan. Ku tak tau bagaimana mengangkatnya lagi, karena, akulah penyebabnya jatuh.

Kembalilah kuat! Gariskan senyum yang tanpa cela itu! Lukiskan mimpimu di angan angkasa! Ku tau, tak seorangpun mampu menghentikanmu. Jiwa yang luar biasa dan terasah. Kamu pasti bisa! PASTI! Hanya doa yang mampu kuberikan untukmu. Kumohon, maafkan aku…

Untukmu yang lupa cara tersenyum saat ini, bangkitlah!
Kebahagiaan bersama orang yang kita sayangi adalah kebahagian sejati-A.R

Minggu, 23 Desember 2012

Letih

Rintihan ku terus saja mengalun
Merusak deret bahagia dalam kalbu
sekuat itu pengaruhmu untukku
sekuat inginku melepas rasaku

lelah ku terpaku
ku tak ingin terdiam
harus ada yang bergulir
melawan beratnya lumpur kakiku
kaulah hujannya
menyatukan pasir lembut ini
mengubahnya menjadi keras
menjerat ku dalam kesendirian

ku tertinggal, mengapa?
karena ku terjerat di sini
kau mungkin tak pernah tau
dan kau tak akan pernah tau

nelangsa ku terus berpuncak
dan peluh ku tiada habis
ku mohon, lepaskan aku
ku terlalu letih
sangat letih

Rabu, 05 Desember 2012

Masih

Cukup!
Hentikan semua ini
mengapa kamu masih juga di sini?
kenapa kamu masih tersenyum

aku tak sanggup melihat senyum itu
rapuh tak bergeming kala melihatnya
aku merintih
begitu lirih tak terdengar

mengapa aku masih melihatmu?
kututup mata sebisa mungkin
kuanggap kamu tak ada di sini
namun itu tak cukup
hadirmu tak bisa kusembunyikan
seperti juga rasa ini
seperti juga sakit ini
seperti juga dia
dan seperti juga kenangan ini

Senin, 26 November 2012

Ajarku

Ku telusuri langkah baru
mencoba menggapai angan tak terbatas
meninggalkan yang lalu
yang menyisakan luka dalam hati

terlalu sulit untukku pergi
saat kau di sini
saat kau menyapaku
karena terlalu dalam aku terhempas

dinding jurang ini sulit tuk ku panjat
meski kucoba bertahan
namun ku kan tergeletak kembali
karena kau masih menghantuiku

mengapa ku tak bisa?
mengapa hanya kau yang bisa?
ajarku tuk berhenti
ajarku tuk menjauh
mengubur kenangan yang tak terulang
agar ku tak lagi merasa perih
melihat tawamu dengan dirinya
sedang ku menelan pahit
terenyak dalam kalbu kelam